Sungguh bahagia "Ia"
Begitu ia nikmati hidupnya [1]
Merasa cukup apa dipunya [2]
Syukur [3] meluncur ditiap patah kata...
Begitu ia nikmati hidupnya [1]
Merasa cukup apa dipunya [2]
Syukur [3] meluncur ditiap patah kata...
Menikmati nun jauh disana hamparan danau
Koloni teratai nan indah
Burung-burung pagi menyapa
Sejuk udara menemaninya pula
Sajak-sajak gunung begitu jelas
Merangkai lukisan indah... [8]
Koloni teratai nan indah
Burung-burung pagi menyapa
Sejuk udara menemaninya pula
Sajak-sajak gunung begitu jelas
Merangkai lukisan indah... [8]
Kebahagiaan ini dalaaaaam sekali... [9]
Kala nafas kapanpun adalah cukup [10]
Tak perlu lagi berkejaran [11]
Kitapun akan segera berpulang [12]
Tetap sampai yang tak terjamah sekalipun
Kala nafas kapanpun adalah cukup [10]
Tak perlu lagi berkejaran [11]
Kitapun akan segera berpulang [12]
Tetap sampai yang tak terjamah sekalipun
“Betapa berlebih karunia-Nya” [13]
Bak untaian intan-permata...
Bak untaian intan-permata...
Bertahta berjuta intan permata [15]
Kesucian jiwa istananya [16]
Menyimak khusyu' alquran [17] dan penjelasanya [18]
Kesucian jiwa istananya [16]
Menyimak khusyu' alquran [17] dan penjelasanya [18]
Berbuat cukup sebagai kata-kata [19]
Hati makmur berpendar cahaya [20]
Ketegasanya [21] ditakuti musuh-musuhnya [22]
Menerangi langkah [23] bersinar cemerlang [24]
Berjubah sulaman-sulaman istighfar
Hati makmur berpendar cahaya [20]
Ketegasanya [21] ditakuti musuh-musuhnya [22]
Menerangi langkah [23] bersinar cemerlang [24]
Berjubah sulaman-sulaman istighfar
Begitu terasa…
Kita disana
Bermuara ke hilir laut
Menyirami birunya dengan bening dan tawarnya jiwa kita
Menjadi lazuardi
Meresapi indah biru laut, untaian pulau-pulau kereta
Indahnya matahari senja [29]
Kita disana
Bermuara ke hilir laut
Menyirami birunya dengan bening dan tawarnya jiwa kita
Menjadi lazuardi
Meresapi indah biru laut, untaian pulau-pulau kereta
Indahnya matahari senja [29]
Jatuhlah daun-daun pohon keakuan... [30]
Kala musim gugur menyapa
Tiada lagi kesendirian [31], canda teman terus menggoda [32]
Daun-daun terpisah dari tangkainya
Kala musim gugur menyapa
Tiada lagi kesendirian [31], canda teman terus menggoda [32]
Daun-daun terpisah dari tangkainya
"Pohon hati, apa yang masih bisa kau beri?” [34]
“Cukupkah buah-buahmu menyegarkan kehidupan?” [35]
“Masihkah daun-daunmu menaungi pegunungan?” [36]
“Mampukah bunga-bungamu menarik kupu-kupu datang?” [37]
“Cukupkah madumu memberi nyala kehidupan?” [38]
“Apa pula dari pohonmu belum kau berikan?" [39]
“Apa lagi bisa kau baktikan!!!” [40]
“Cukupkah buah-buahmu menyegarkan kehidupan?” [35]
“Masihkah daun-daunmu menaungi pegunungan?” [36]
“Mampukah bunga-bungamu menarik kupu-kupu datang?” [37]
“Cukupkah madumu memberi nyala kehidupan?” [38]
“Apa pula dari pohonmu belum kau berikan?" [39]
“Apa lagi bisa kau baktikan!!!” [40]
Pohon aku tak pernah peduli apa akan dibalaskan [41]
Tak mengenal apa itu asap, kotoran, kerak sampai sampah dan racun akan rela ia terima [42]
Tak mengenal apa itu asap, kotoran, kerak sampai sampah dan racun akan rela ia terima [42]
Dan kupu-kupu menyahut…
Oh hidup... [44]
Cintaku padamu sederhana [45]
Setahu yang kubisa [46]
Kupu-kupu menyercap sepuasnya [47]
Senikmat mungkin ia
Tahu mengapa harus diam [48] khusyu’... [49]
Oh hidup... [44]
Cintaku padamu sederhana [45]
Setahu yang kubisa [46]
Kupu-kupu menyercap sepuasnya [47]
Senikmat mungkin ia
Tahu mengapa harus diam [48] khusyu’... [49]
Mendengarkan sepenggal kisah waktu
"Ummat-ummat yang Allah muliakan, ummat-ummat yang Allah musnahkan..." [50]
"Ummat-ummat yang Allah muliakan, ummat-ummat yang Allah musnahkan..." [50]
Menikmati pahit-getirnya hidup [51], madu racunya hidup [52]
Menikmati kerikil tajam sandungan hidup [53]
Menikmati kesulitan tantangan hidup [54]
Menikmati resiko derita hidup [55]
Menikmati mengapa harus bersaing [56], bersanding dalam hidup [57]
Menikmati kerikil tajam sandungan hidup [53]
Menikmati kesulitan tantangan hidup [54]
Menikmati resiko derita hidup [55]
Menikmati mengapa harus bersaing [56], bersanding dalam hidup [57]
Menikmati kerasnya membanting tulang [58]
Menikmati puasnya berkesungguhan [59]
Menikmati khusyuknya pengorbanan, pengabdian, persembahan [60]
Menikmati betapa agungnya kesahayaan [61]
Menikmati kerinduan, kepasrahan [62]
Serta menikmati untaian cinta dan kasih-sayang [63]
Menikmati puasnya berkesungguhan [59]
Menikmati khusyuknya pengorbanan, pengabdian, persembahan [60]
Menikmati betapa agungnya kesahayaan [61]
Menikmati kerinduan, kepasrahan [62]
Serta menikmati untaian cinta dan kasih-sayang [63]
"Menikmati betapa manisnya apel segar yang dipetik dari percabangan ranting kehidupan"
Pohon-pohon nan menjulang
Menyicipi sepenuh keridhaan… [64]
Pohon-pohon nan menjulang
Menyicipi sepenuh keridhaan… [64]
Kupu-kupu kembali berujar...
Oh betapa manisnya aduhai indahnya, puas...
Cukup puas bermimpi, bercanda, bersenandung
Membaca alquran menggegerkan gunung [65]
Hidupkan sunnah-sunnah nan agung...
Oh betapa manisnya aduhai indahnya, puas...
Cukup puas bermimpi, bercanda, bersenandung
Membaca alquran menggegerkan gunung [65]
Hidupkan sunnah-sunnah nan agung...
Tentang kisah para nabi...
Tentang para sahabat dan orang-orang pilihan [66]
Bercerita tentang negeri impian...
Tentang sebuah bibir…
Tentang para sahabat dan orang-orang pilihan [66]
Bercerita tentang negeri impian...
Tentang sebuah bibir…
Hanya senyum ceria layak menghuninya
Senyum simpul saja
Tenggelam dalam mutiara hatinya...
"Apa yang diciptakan-Nya takkan hilang keindahanya" [67]
Senyum simpul saja
Tenggelam dalam mutiara hatinya...
"Apa yang diciptakan-Nya takkan hilang keindahanya" [67]
Tiada sedih tiada perlu tawa berlebih [68]
Apa yang perlu disedihkan, apa pula akan ditertawakan? [69]
Apa yang perlu disedihkan, apa pula akan ditertawakan? [69]
Yang ditertawakan takkan lama
Yang disedihkan segera binasa
Hidup ini mengapa! [70], sedang jiwa kita ditangan-Nya... [71]
Yang disedihkan segera binasa
Hidup ini mengapa! [70], sedang jiwa kita ditangan-Nya... [71]
Pohon itu kembali berkata
Lalu nikmatilah...
Karena ini seni romantika
Perhalus penuh belaian rasa
Apakah puitis, naratif atau perfeksionis, terserah...
Mari i'tikaf; "Hiasi penuh ayat-ayat terpilih!"... [72]
Lalu nikmatilah...
Karena ini seni romantika
Perhalus penuh belaian rasa
Apakah puitis, naratif atau perfeksionis, terserah...
Mari i'tikaf; "Hiasi penuh ayat-ayat terpilih!"... [72]
"Dimana derita kesenangan sesungguhnya?" [73]
Tampak sepanjang jalanya... bayang-bayang fatamorgana [74]
"Ujian itu nikmat, nikmat itu ujian pula!" [75]
Tampak sepanjang jalanya... bayang-bayang fatamorgana [74]
"Ujian itu nikmat, nikmat itu ujian pula!" [75]
“Aku harus berubah!”, [76] teriak kupu-kupu itu keras
Aku harus kupu-kupu terbang lepas
Menari indah kemanapun pergi
Mengikuti angin menari-nari
Menyercap sari menemani bunga-bunga
"Terus dalam teguh agama!…" [77]
Menari indah kemanapun pergi
Mengikuti angin menari-nari
Menyercap sari menemani bunga-bunga
"Terus dalam teguh agama!…" [77]
Terus tunduk menghamba
Bersama curahan-curahan langit
Tawaddhu' [79] bersahaja
Bersimpuh pasrah…
Bersemayam diperistirahatan lelah
Bersama curahan-curahan langit
Tawaddhu' [79] bersahaja
Bersimpuh pasrah…
Bersemayam diperistirahatan lelah
“Betapa hikmah [81] dibalik semua itu!”
"Betapa sempurna-Nya Engkau!"
"Maha suci Engkau!" [82]
"Yaa Allah..." [83]
"Betapa sempurna-Nya Engkau!"
"Maha suci Engkau!" [82]
"Yaa Allah..." [83]
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka" (Al Imran: 190-191) [84]
Lalu diam tiada bergeming
Terpekur menyendiri [85]
Berundur dari detak nadi
Menjaga aku, jarak akan aku [86]
Terpekur menyendiri [85]
Berundur dari detak nadi
Menjaga aku, jarak akan aku [86]
"Tiada tugas belum selesai, tiada harap belum tercapai…
Semua sirna menuju kepastian [87]
Walau bukanlah titik akhir, ia takkan menyelesaikan sebuah episode kehidupan
Semua sirna menuju kepastian [87]
Walau bukanlah titik akhir, ia takkan menyelesaikan sebuah episode kehidupan
“Bunga berguguran...
Kala kita tak ingin kehilangan atasnya
Dan tunas-tunas barupun bermunculan [94]
Kala kita merindukanya
Musim berbungapun tiba... [95]
Dan juga rerumputan tumbuh dengan sendirinya..." [96]
Kala kita tak ingin kehilangan atasnya
Dan tunas-tunas barupun bermunculan [94]
Kala kita merindukanya
Musim berbungapun tiba... [95]
Dan juga rerumputan tumbuh dengan sendirinya..." [96]
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Maka
saat kita terikat dengan sesuatu keduniawian (hal yang ada diluar diri
kita dan hal diluar urusan kepada Allah), berarti kita telah
menghancurkan diri kita sendiri
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (Q.S. LUQMAN:12)[4] Diantara fadhilah ayat ini:
[6] الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Ar-Ra’d: 28)[7] Dari
Jabir bin 'Abdillah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
masuk ke pasar dari tempat yang tinggi sedangkan manusia ada di
sekitarnya, lalu beliau melewati seekor bangkai kambing kacang yang
kecil kedua telinganya, kemudian beliau pun mengambilnya dan memegang
telinganya seraya bersabda, "Siapakah diantara kalian yang mau
membelinya dengan satu dirham?" Maka mereka pun menjawab, "Demi Allah,
seandainya hidup, kambing itu pun mempunyai cacat karena kedua
telinganya kecil, maka bagaimana (kami mau membelinya) dalam keadaan
kambing itu sudah menjadi bangkai?! Maka Rasulullah pun bersabda, "Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina dan rendah di sisi Allah daripada bangkai ini atas kalian" (HR. Muslim dalam Kitaabuz Zuhd, lihat Syarhnya 5/814)
[15]
مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ
فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain…” (Al Isra’: 15)[16] "Ya Allah berikanlah ketaqwaan kepada diriku ini dan sucikanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, Engkau adalah Penolong dan Tuannya. (HR Muslim. 2722)
[28]
Jika semua impian dan petualangan kita masih juga belum menuai
kenyataan, mari berhenti sejenak, pikir mendalam. Lalu tulis apa yang
perlu kita lakukan dan jangan baca sebelum kita tumpahkan segala yang
ada dibenak…”[29] Mari kita memahami, hidup akan memberi pada yang mau menerimanya (bukan pada yang akan membuangnya)
[30] “Orang yang paling dicintai oleh Alloh ‘Azza wa jalla adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Amalan
yang paling dicintai oleh Allah adalah kesenangan yang diberikan kepada
sesama muslim, menghilangkan kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau
menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama salah seorang saudaraku untuk menunaikan keperluannya lebih aku sukai daripada beri’tikaf
di masjid ini (Masjid Nabawi) sebulan lamanya. Barangsiapa berjalan
bersama salah seorang saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya
sampai selesai, maka Alloh akan meneguhkan tapak kakinya pada hari
ketika semua tapak kaki tergelincir. Sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amal sebagaimana cuka yang merusak madu” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dengan sanad hasan)
[31]
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara…” (QS Ali Imran 103)[32] Diantara cara agar orang mau berhubungan dengan kita…
- Pertama-tama yakin bahwa diri kita adalah teman yang baik (setia) dan jujur
- Bakarlah semangat kaum muda, bantu sesama serta buka pikiran dan jalan hidupnya
- Ketahui cita-cita tertingginya, lalu bantu perluas cakrawala dan pandanganya
- Membiasakan untuk mengingat nama dan wajah serta membiasakan menyebut namanya..
- Membiasakan senyum ceria, tulus-apa adanya yang akan membuat kita diterima dimana-mana
- Pupuk empati (tarik perhatianya dan jadi pendengar yang baik), semisal dengan bertanya...
- Membiasakan diri bicara ringkas (to the point) namun mudah dimengerti